SHOLAT SUNNAH SAAT IQOMAH SUDAH DIKUMANDANGKAN


 SHOLAT SUNNAH SAAT IQOMAH SUDAH  DIKUMANDANGKAN

 

Hadis


قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ»


Nabi Sholla Allahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “jika iqamah sholat telah dikumandangkan, maka tidak ada sholat kecuali solat wajib”



Takhrij Hadis


Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’I dan Imam Ibnu Majah.


(قَالَ الإِمَامُ مُسْلِمٌ) وحَدَّثَنَي أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ وَرْقَاءَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ»


(Imam Muslim) dan Ahmad bin Hanbal menceritakan kepadaku(ia berkata) Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami(ia berkata) Syu’bah menceritakan kepada kami, dari  Warqa’, dari Amar bin Dinar, dari Atha’ bin Yasar, dari Abu Hurairah, dari Nabi Shalla Allahu ‘Alaihi Wa Sallama bersabda, “apabila telah ditegakkan sholat, maka tidak ada sholat kecuali yang wajib”.


(قَالَ الِإمَامُ أَبُو دَاوُدَ) حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، ح وحَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ وَرْقَاءَ، ح وحَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، ح وحَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَيُّوبَ، ح وحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُتَوَكِّلِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّا بْنُ إِسْحَاقَ، كُلُّهُمْ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ، فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ»


(Imam Abu Dawud berkata) Muslim bin Ibrahim menceritakan kepada kami(ia berkata) Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami(tahwil) dan Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami(ia berkata) Muhammad bin Ja’far menceritaken kepada kami(ia berkata) Syu’bah menceritakan kepada kami, dari Warqa’(tahwil) Hasan bin Ali menceritakan kepada kami(ia berkata) AbuAshim menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij(tahwil) dan Hasan bin Ali menceritakan kepada kami(ia berkata) Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, dari Hammad bin Zaid, dari Ayyub(tahwil) Muhammad bin Mutawakkil menceritakan kepada kami(ia berkata) Abdul Razzaq menceritakan kepada kami(ia berkata) Zakariyya bin Ishaq mengabarkan kepada kami semuanya dari Amar bin Dinar dari  Atha’ bin Yasar dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Shalla Allahu Alaihi Wa Sallama bersabda, “apabila sholat telah ditegakkan, maka tidaka da sholagt kecuali yang wajib”.


قَالَ الإِمَامُ التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ إِسْحَاقَ قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَلَا صَلَاةَ إِلَّا المَكْتُوبَةُ»


Imam Tirmidzi berkata: Ahmad bin Mani’ berkata: Rauh bin Ubadah, ia berkata: Zakariyya bin Ishaq menceritakan kepada kami, ia berkata: Amar bin Dinar berkata: aku mendengar Atha’ bin Yasar, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shalla Allahu ‘Alaihi Wa Sallama bersabda, “apabila telah ditegakkan sholat, maka tidaka da sholat kecuali yang wajib”.


قَالَ الإِمَامُ النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَكَمِ، وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ وَرْقَاءَ بْنِ عُمَرَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ»


Imam Nasa’I berkata: Ahmad bin Abdullah bin Hakam dan Muhammad bin Basysyar mengabarkan kepada kami, keduanya berkata: Muhammad menceritakan kepada kami, dari Syu’bah, dari Warqa’ bin Umar, dari Amar bin Dinar, dari Atha’ bin Yasar, dari Abu Hurairah, dari Nabi Shalla Allahu ‘Alaihi Wa Sallama bersabda, “apabila telah tegakkan sholat, maka tidak ada sholat kecuali yang wajib”.


قَالَ الإِمَامُ ابْنُ مَاجَهَ: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَزْهَرُ بْنُ الْقَاسِمِ، ح وَحَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ خَلَفٍ أَبُو بِشْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، قَالَا: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ، فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ»


Imam Ibnu Majah berkata: Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, ia berkata: Azhar bin Qasim menceritakan kepada kami(tahwil) Bakar bin Khalf Abu Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Rauh bin Ubadah menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Zakariyya bin Ishaq menceritakan kepada kami, dari Amar bin Dinar , dari Atha’ bin Yasar, dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shalla Allahu Alaihi Wa Sallama bersabda, “apabila sholat telah ditegakkan, maka tidak ada sholat kecuali yang wajib”.



Kualitas Hadis

Ini adalah hadis sahih.


Makna Hadis

Idza Uqimat ash-sholah. Kalimat ini dapat diterjemahkan dengan  apabila sholat telah dimulai atau apabila iqamah untuk sholat telah dikumandangkan. Makna yang dimaksud pada hadis di atas adalah yang kedua berdasarkan matan hadis yang berbeda dalam riwayat Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibban dari Abu Hurairah:إِذَا أَخَذَ الْمُؤَذِّنُ في الإقامة، فلا صلاة إلا المكتوبة (Apabila muazzin telah memulai iqamah, maka tidak ada sholat kecuali yang wajib).


As-Sholah. Yang dimaksud dalam hadis ini adalah sholat fardhu. Alasannya  sholah yang disyariatkan adzan dan iqamah adalah sholat fardhu. Adapun sholat sunnah yang disyariatkan berjamaah diperintahkan untuk melakukan nida’(seruan).


Fa La Sholata. Ini mengandung dua pengertian. Pertama, sama sekali tidak boleh melaksanakan sholat. Kedua, sholatnya tidak sempurna. Pengertian kedua ini dimaksudkan berdasarkan riwayat Ibnu Buhainah ia berkata iqamah telah dikumandangkan lalu Nabi Shalla Allahu Alaihi Wa Sallama melihat seorang laki-laki sholat saat muzdzdzin mengumandangkan iqamah. Kemudian beliau bertanya apakah engkau melakusanakan sholat subuh empat rakaat?. Dalam riwayat ini, Rasulullah tidak menghentikan sholat laki-laki itu, akan tetapi cukup dengan mengimgkarinya, maka ini menunjukkan penafian kesempurnaan sholatnya.


Fikih Hadis

Syeikh Musa Syahin Lasyin berkata dalam kitabnya Fath al-Munj’im Syarh Shahih Muslim bahwa siapa sibuk melakukan perbuatan wajib sehingga meninggalkan perbuatan sunnah, maka ia adalah orang yang diterima uzurnya. Siapa melakukan perbuatan sunnah sampai meninggalkan perbuatan, maka ia adalah orang yang tertipu. Sibuk dengan yang lebih utama diprioritaskan dari selainnya. Tidak diragukan bahwa sholat jamaah yang ditegaskan perintahnya lebih utama dari pada sholat sunnah dan sholat rawatib. Bahkan ada pendapat bahwa sholat jamaah hukumnya wajib dan ada pendapat bahwa hukumnya fardhu kifayah. Sholat sunnah rawatib tidak demikian. Kemudian sholat sholat jamaah lebih utama dari pada sholat sendirian dua puluh tujuh derajat sebagaimana penjelasan itu terdapat dalam hadis sahih. Kemudian sholat sunnah dapat dikerjakan setelah melakukan sholat wajib bahkan setelah keluar waktu menurut sebagian ulama. Sementara keutamaan berjamaah tidak dapat digantikan. Para sahabat berlomba-lomba untuk mendapatkan takbiratul ihram bersama imam, bahkan mereka bersegera untuk mendapatkannya agar dapat melaksanakan sholat dengan tenang. Oleh karana itu, Rasulullah Shalla Allahu ‘Alaihi Wa Sallama melarang memulai sholat sunnah ketika iqamah sudah dikumandangkan.  


Kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah menyebutkan tiga pendapat ulama dalam persoalan ini:

Madzhab hanafi. Makrud melakukan sholat sunnah ketika iqamah untuk sholat fardhu dikumandangkan kecuali sunnah fajar jika ia tidak khawatir melewatkan jamaah. Namun, jika ia khwatir bisa melewatkan jamaah, maka ia meninggalkannya.


Madzhab maliki. Apabila seseorang masuk kedalam mesjid dan menemukan imam melaksanakan sholat subuh. Maka hendaklah ia masuk bersamanya dalam sholat dan meninggakan sunnah fajar. Jika ia berada di luar mesjid dan khawatir imam meninggalkannya satu rakaat, maka ia meninggalkan sunnah fajar dan mengqadha’nya setelah terbit matahari. Namun jika ia tidak khawatir imam meninggalkannya satu rakaat, maka ia melkukan sholat sunnah itu di luar mesjid. Perbedaan antara di luar mesjid dan di dalam mesjid adalah apabila di dalam mesjid maka dua sholat tersebut berada dalam satu tempat sehingga berbeda dengan imam. Ia sholat sunnah dan imam sholat fardhu. Ini perbuatan yang dilarang.


Madzhab syafi’I dan madzhab hanbali. Apabila iqamah sholat telah dikumandangkan, maka janganlag ia memulai sholat sunnah walaupun itu sholat sunnah rawatib. Jika ia memulainya, maka sholat itu tidak sah. Semua itu berlaku pada sholat suunah fajar dan sholat-sholat sunnah lainnya.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post